Kamis, 21 Mei 2009

Diare & Malnutrisi Energi Protein (MEP)

.BAB I
PENDAHULUAN



Diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak yang merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di Negara berkembang. Diperkirakan episode diare di Indonesia masih berkisar sekitar 60 juta dengan kematiannya sebanyak 200.000 – 250.000. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Di Negara berkembang prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kurang kalori protein yang menyebabkan turunnya daya tahan badan.
Hasil survey SKRT ( Survei Kesehatan Rumah tangga ) tahun 1986 angka kematian karena diare merupakan 12% di antara seluruh angka kematian kasar yang besarnya 7 / 1000 penduduk. Angka ini merupakan angka tertinggi di antara semua penyebab kematian.
Dari hasil morbiditas oleh DepKes di 8 propinsi pada tahun 1989, 1990 dan 1995 berturut – turut morbiditas diare menunjukan 78,5%, 103% dan 100%, apalagi dengan terjadinya krisis ekonomi, angka kejadian diare menunjukkan kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun penyakit yang terkait dengan diare seperti gangguan gizi dan ISPA juga menunjukkan kenaikan yang nyata.
Diare merupakan penyebab penting kekurangan gizi . Hal ini disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga ia makan lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang padahal kebutuhan sari makanan meningkat akibat adanya infeksi. Setiap episode diare menyebabkan kekurangan gizi , sehingga bila berkepanjangan akan berdampak terhadap pertumbuhan. Namun pada saat ini sudah tersedia cara pengobatan yang mudah dan efektif yang dapat menurunkan secara bermakna jumlah kematian karena diare sehingga penderita tidak perlu dirawat di RS serta mencegah efek buruk diare pada status gizi anak.



BAB II
I S I

BATASAN
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan , bertambahnya cairan atau bertambah banyaknnya tinja yang dikeluarkan dan tidak lebih dari 1 minggu. Apabila diare berlansung antara 1 sampai 2 minggu maka dikatakan sebagai diare yang berkepanjangan.
Diare dikatakan sebagai keluar tinja berbentuk cair sebanyak 3x atau lebih dalam 24 jam pertama dengan temperature rectal > 38° C, kolik dan muntah. Menurut Cohen MB ( 1996 ) diare akut didefinisikan sebagai keluarnya BAB sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam 1 hari dan berlangsung < 14 hari. Shahid NS mengemukakan bahwa diare sebagi episode keluarnya tinja cair sebanyak 3x atau lebih dari sekali keluarnya tinja cair yang berlendir atau berdarah dalam sehari

EPIDEMIOLOGI
Di Negara berkembang, diare akut maupun kronik masih tetap merupakan masalah kesehatan utama. Penelitian WHO mendapatkan bahwa episode diare pada bayi dan balita berkisar antara 2 – 8x / tahun. Sebagian besar diare berlangsung antara 2 – 5 hari, namun sekitar 3 – 20% berlangsung > 5 hari, bahkan dapat > 2 minggu dan menjadi diare kronik.
Misnadiarly menyebutkan bahwa diare dapat terjadi pada anak-anak, dewasa turis atau wisatawan asing maupun domestic. Diare pada turis dan anak sekolah tentunya sangat erat kaitannya dengan pencemaran air dan makanan di restoran, kantin maupun makanan yang dijajakan di jalanan.
Di Indonesia, kematian karena diare sekitar 200.000 – 250.000 setahun, 20% diantaranya disebabkan oleh diare kronik. Selain menyebabkan kesakitan dan kematian, diare akut dan kronik juga merupakan penyebab utama malnutrisi dan penghuni terbanyak rawat mondok di RS.
Berbagai factor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya karena factor lingkungan, usia, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan social ekonomi dan perilaku masyarakat.
Berdasarkan cara penyebaran kuman. Cara penularan umumnya adalah orofecal :
1. makanan dan minuman yang terkontaminasi enteropatogen
2. kontak langsung dengan penderita atau barang-barang yang tercemar tinja penderita melalui lalat ( 4F=Food, Feces, Finger, Fly )
Berdasarkan faktor resiko. Faktor resiko yang menaikkan transmisi enteropatogen adalah:
1. tidak tersedia air bersih
2. tercemarnya air oleh tinja
3. kurangnya sarana MCK
4. higiene perorangan dan lingkungan yang buruk
5. penyimpanan makanan yang tidak gigienis
6. cara penyapihan bayi yang tidak baik
Berdasarkan faktor pejamu. Beberapa faktor resiko pada pejamu yang menaikkan kerentanan terhadap enteropatogen antara lain : malnutrisi, BBLR, imunodefisiensi atau imunodepresi serta faktor genetik.
Berdasarkan umur. Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6 – 11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping.
Berdasarkan pengaruh iklim. Di Indonesia, diare yang disebabkan oleh Rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun, frekuensinya menaik pada musim kemarau ( Juli – Agustus ), sedangkan puncak diare karena bakteri ada pada musim hujan ( Januari – Februari )
Berdasarkan epidemi dan pandemi. Vibro cholerae 0,1 dan Shigella dysentriae tipe 1 merupakan 2 jenis enteropatogen yang dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.


ETIOLOGI
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral = infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi :
- Infeksi bakteri : Aeromonas hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium Sp, E-coli, Salmonella spp, Shigella spp, Staphylococcus aureus, Vibria cholera, Yersinia enterocolitica, dsb.
- Infeksi virus : Adenovirus, Rotavirus, Virus Norwalk, Astrovirus, Calicivirus, Coronavirus, Enterovirus ( virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelities ), dll.
- Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis ), Protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia Lamblia, Trichomonas hominis ), Jamur ( Candida albicans ), dll.
b) Infeksi parenteral = infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
2. Faktor malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat : yang terpenting dan tersering untuk intoleransi laktosa
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.


PATOFISIOLOGI
Berdasarkan patofisiologinya maka penyebab diare dibagi menjadi :
1. Diare sekretorik, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman pathogen dan a pathogen,hiperperistaltik usus, gangguan psikis, hawa dingin, alergi dan imunodefisiensi SIgA.
Mekanisme : sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus meningkat akibat rangsangan oleh toksin pada mikosa usus atau dinding usus.
2. Diare osmotic, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein ( KKP ) atau bagi BBLR dan bayi baru lahir.
Mekanisme : makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang merangsang usus untuk mengeluarkannya . Jika berupa larutan isotonic, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorpsi.


Mekanisme Patogenesis berdasarkan penyebab
Virus
Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus ( 30-40% ). Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman kemudian berkembang biak dalam usus. Lalu virus masuk dalam epitel vili usus halus dan menyebabkan kerusakan apical vili usus halus dan pemendekan vili . Sel epitel usus halus bagian apical akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang yang berbentuk kuboid atau gepeng, sehingga tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan dengan baik. Akibatnya terjadi diare osmotic karena usus mensekresi air dan elektrolit. Biasanya diare karena virus tidak berlangsung lama dan dapat sembuh tanpa pengobatan . Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.

Bakteri
Bakteri penyebab diare dibagi menjadi bakteri non infasif ( Vibrio cholerae, E-coli pathogen ) dan bakteri infasif ( Salmonella spp, Shigella spp, EIEC,EHEC, Campylobacter spp ).
Bakteri masuk kedalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak dan mengeluarkan toksin yang merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktifitas enzim adenil siklase ( Labile toxin = LT ) atau enzim guanil siklasel ( Stable toxin = ST ). Akibatnya terjadi peningkatan AMP atau GMP yang merangsang sekresi Cl, Na dan H20 dari dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorpsi Na, Cl dan H20 dari lumen usus ke dalam sel , sehingga terjadi hiperistaltik akibat hiperosmoler.
Protozoa
Giandia lamblia dan chryptosporidium menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili.
Entamoeba histolitica menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus.

JENIS – JENIS DIARE
 DIARE AKUT
Definisi = diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dengan frekuensi 3x / lebih per hari disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Penyebab terpenting diare cair akut di Negara berkembang adalah : rotavirus, ETEC ( Enterotoxigenic E-coli ), Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium. Di beberapa tempat Vibrio cholerae 01, Salmonella dan EPEC ( enteropatogenik E-coli ) juga merupakan penyebab penting.















Akibat-akibat diare cair akut
- Dehidrasi isotonic : - kehilangan air & Na dalam proporsi sama dengan
keadaan normal dalam cairan ekstraseluler
- konsentrasi Na serum normal (130-150 mmol/L)
- osmolaritas serum normal (275-295 mOsmol/L)
- hypovolemia
- gambaran klinik : extremitas dingin & berkeringat
kesadaran menurun, shock hipovolemik
- Dehidrasi hipertonik: - kekurangan air & Na tetapi proporsi
( hipernatremik ) kekurangan air lebih banyak
- konsentrasi Na serum meningkat (>150 m
Osmol/L)
- osmolaritas serum meningkat (>295 m
Osmol/L)
- gambaran klinik: anak sangat irritable
- Dehidrasi hipotonik: - kekurangan Na secara relatif lebih banyak
- konsentrasi Na serum rendah (<130 mmol/L)
- osmolaritas serum rendah (275 mOsmol/L)
- gambaran klinik: anak letargi, kadang-kadang
kejang.
- Asidosis metabolic: - konsentrasi bikarbonat serum berkurang
( <10 mmol/L )
- pH arteri menurun
- nafas cepat & dalam ( pernafasan kussmaul )
- muntah
- Hipokalemia : - kelemahan otot
- aritmia jantung
- illeus paralitik
- Hipoglikemi: - apatis
- tremor
- berkeringat dan pucat
- kejang sampai koma
- Gangguan gizi
- Gangguan sirkulasi berupa shock hipovolemik.





Penilaian derajat dehidrasi dan tata laksana diare akut
Derajat
Dehidrasi;
% defisit Keadaan
umum Rasa
haus Kelopak/
Air mata Mulut Kulit Urin Rehidrasi Penggantian
cairan
Tanpa
Dehidrasi
<5%BB Baik,
Kompos
mentis Minum
normal Normal Basah Normal Normal 10mg/kg/
setiap diare
2-5 ml/kg
setiap muntah
Ringan
Sedang
(5-10%BB) Rewel,
gelisah Minum
Seperti
kehausan Cekung,
Produksi
kurang Kering Pucat,
Capillary
Refill<2
detik Berkurang CRO
75ml/kg/
3 jam Idem
Berat
(>10%BB) Letargi,
Lemah,
Kesadaran menurun,
Nadi&nafas
cepat Malas minum/
Tidak dapat
minum Sangat cekung,
Tidak ada Sangat kering Pucat,
Capillary
Refill<2
detik Tidak
ada Cairan
Intra vena,
<12 bulan:
30ml/kg/1 jam
70ml/kg/5
jam
>12 bulan:
30ml/kg/½-1 jam
70ml/kg/2½-3 jam idem

Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan tinja
b. Pemeriksaan darah
c. Duodenal intubation

Pengobatan
a. Pengobatan kausal
Pada penderita diare, antibiotika hanya boleh diberikan bila:
- Ditemukan bakteri pathogen pada pemeriksaan mikroskopik / biakan
- Pada pemeriksaan makroskopik ditemukan darah pada tinja
b. Pengobatan simtomatik
- Anti spasmodik atau opium ( papaverin,loperamid,dsb) memperburuk keadaan
- Adsorbents ( kaolin,pectin) tidak ada manfaatnya
- Antiemetik seperti chlorpromazine (largactil ) mencegah muntah dan mengurangi sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Dosis adekuat ( 1 mg/kg BB/hari ) cukup bermanfaat
- Antipiretik seperti salisilat ( asetosal, aspirin ) dalam dosis rendah ( 25 mg/tahun/x ) selain menurunkan panas juga mengurangi sekresi cairan.
c. Pengobatan cairan
Ada 2 jenis cairan :
 Cairan rehidrasi oral ( CRO ) : oralit, larutan gula garam ( LGG ), air tajin, dll.
 Cairan rehidrasi parenteral ( CRP ) : cairan Ringer Laktat
Pada diare dengan penyakit penyerta ( KKP, jantung, ginjal ), cairan yang dianjurkan adalah Half Strength Darrow Glukose


Pencegahan
1. Pemberian ASI eksklusif 4-6 bulan
2. Sterilisasi botol susu
3. Air bersih & matang untuk minum
4. Mencuci tangan sebelum memberi makan
5. Membung tinja di jamban
6. Imunisasi campak
7. Pemberian makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik




 DIARE KRONIK
Definisi :
Episod diare yang mula-mula bersifat akut namun karena sesuatu sebab melanjut 14 hari atau lebih.
Faktor resiko Faktor penyebab tersering
- umur < 18 bulan - intoleransi laktosa
- tidak mendapat ASI - alergi terhadap protein susu sapi
- lahir premature - sindrom malabsorpsi
- malnutrisi - bakteri tumbuh lampau
- diare karena antibiotic
- infeksi persisten
Klasifikasi
a. Tinja berair ( watery stools )
- Gastroenteropati alergi ( CMPA / CMPSE )
- Defisiensi disakarida dan malabsorpsi glukosa
- Infeksi usus oleh virus, bakteri dan parasit
b. Tinja berlemak ( fatty stools )
- MEP, BBLR
- Short bowel syndrome
c. Tinja berdarah ( bloody stools )
- Salmonella, Shigella, Disentri amoeba
- Diare sehubungan dengan lesi anal

Manifestasi klinis
- Bila diare hebat dapat terlihat dehidrasi ringan sampai berat, asidosis dan gangguan elektrolit seperti lemah, kembung, muntah.
- Status gizi anak biasanya kurang atau buruk

Pemeriksaan fisik
Perhatian khusus perlu diberikan pada keadaan umum pasien, status hidrasi,kehilangan berat badan,pemeriksaan abdomen,ekskoriasi pantat,finger cubbing,edema perifer dan manifestasi kulit.

Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan tinja
- Pemeriksan darah
- Foto rontgen abdomen

Penatalaksaan
- Atasi dehidrasi, kelainan asam basa & gangguan elektrolit
- Berikan diet sesuai dengan usia & status gizi pasien
- Terapi sesuai dengan penyebabnya

Pencegahan
- Galakkan penggunaan ASI
- Terapi nutrisi yang adekuat pada tiap anak dengan diare akut untuk mencegah terjadinya gangguan gizi untuk memutus lingkaran setan diare – malnutrisi – diare.










BAB III
DIARE PADA MALNUTRISI KRONIK

Hubungan timbal balik antar diare dan Malnutrisi Energi Protein ( MEP ) telah lama dikenal. Disatu pihak, diare dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi dan di lain pihak malnutrisi dapat menyebabkan diare.
Berikut ini akan dibahas perubahan morfologis dan fsiologis pada MEP sebagai penyebab diare.

PENYEBAB DIARE PADA MEP
Patogenesis diare pada MEP adalah kompleks & saling berkaitan.
1. infeksi mukosa usus oleh Salmonella, Shigella, E-coli, E-histolytica dan Giardia lamblia
2. intoleransi laktosa dan disakarida
3. bakteri tumbuh lampau pada usus halus
4. atrofi intestinal
5. atrofi pankreas
6. malnutrisi epitel usus dan kolon

AKHLORHIDRIA
Pada MEP terdapat gangguan sekresi HCL sebagai akibat atrofi mukosa lambung. Gangguan sekresi asam bersama dengan peubahan sistem imunitas dan tingginya paparan terhadap kuman pathogen menyebabkan tingginya angka kejadian infeksi usus pada MEP.

ATROFI PANKREAS
Secara mikroskopis terdapat perubahan berupa atrofi sel asinar, kandungan granul zymogen berkurang.Vakuolisasi dan metaplasia epitel, dilatasi duktus pnkreatikus. Perubahan morfologis tersebut menyebabkan sekresi enzim seperti tripsin, kimotripsin, amylase dan lipase menurun sehingga terjadi mal digesti makanan.


ATROFI MUKOSA USUS HALUS
Pada biopsy usus, tampak atrofi vili dan menurunkan indeks mitosis. Terdapat infiltrasi limfosit dan sel plasma pada mukosa dan sub mukosa.

INTOLERANSI LAKTOSA
Sebagian besar anak dengan MEP menunjukkan defisiensi lactase, namun dapat pula terjadi defisiensi sucrose dan maltase.
Patogenesis terjadinya defisiensi disakandase :
a) produksi berkurang akibat defisiensi protein
b) kerusakan mukosa usus halus

ABSORPSI LEMAK
Malabsorpsi lemak pada MEP disebabkan oleh :
1) berkurangnya sekresi lipase pankreas → mengganggu proses digesti infraluminal.
2) infestasi Giardia lamblia mencegah absorpsi lemak
3) atrofi mukosa usus halus → mengurangi luas permukaan absorpsi
4) menurunkan kadar asam empedu terkonyugasi

ABSORPSI PROTEIN
Pelepasan asam amino terganggu akibat berkurangnya aktifitas oligo peptidase pada membrane mukosa usus.

KOLON
Terdapat gangguan fungsi berupa menurunnya kapasitas reabsorpsi air dan elektrolit akibat adanya atrofi mukosa kolon dengan infiltrsi sel plasma.

MALNUTRISI LOKAL EPITEL GIT
Kurangnya bahan makanan dalam lumen menyebabkan malnutrisis epitel usus halus dan kolon sehingga tidak dapat melakukan absorpsi nutrient.

BAKTERI TUMBUH LAMPAU
Kelainan pada mekanisme pertahanan tubuh yang terjadi pada MEP merupakan predisposisi terjadinya Contaminated Small Bowel Syndrome ( CSBS ). Menurunkan produksi asam lambung pd MEP, menyebabkan meningkatnya jumlah bakteri dan jamur dalam lambung dan duodenum.

ASAM EMPEDU
Sebagian besar asam empedu yang diperlukan dalam lumen usus halus berada dalam bentuk tidak terkonjugasi yang mempunyai efek merusak epitel mukosa usus halus dan menghambat absorpsi air dan elektrolit oleh epitel kolon.




















BAB IV

PENILAIAN STATUS GIZI


Penilaian gizi harus dilakukan pada setiap anak diare untuk mengindentifikasi anak yang mempunyai masalah gizi dan mendapatkan keterangan penting dalam membuat anjuran diet. Tujuannya meliputi (1) menentukan apakah pola makan yang biasa diberikan tepat untuk anak tersebut berdasarkan umurnya, (2) mendeteksi gizi buruk bila ada. Keadaan ini dapat berupa marasmus, kwashiorkor atau keduanya ( marasmik – kwashiorkor ).

Malnutrisi Energi Protein ( MEP , Gizi buruk )
A. Marasmus
Kebutuhan energi tidak terpenuhi pada masukan yang kurang, karena itu digunakan cadangan protein sebagai sumber energi. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan berbagai asam amino. Masukan kalori yang kurang dapat terjadi akibat kesalahan pemberian makan, penyakit metabolic, kelainan congenital, infeksi kronik.
Gejala klinis :
• Tampak sangat kurus kering hingga tulang terbungkus kulit
• Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit
• Wajah seperti orang tua
• Perut dapat membuncit atau mencekung
• Metabolisme basal menurun sehingga akral dingin dan tampak sianosis
• Sering disertai penyakit kronik, diare kronik
B. Kwashiorkor
Bayi dan anak dalam masa pertumbuhan memerlukan protein lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Pada anak bila keseimbangan nitrogen yang positif tidak terpenuhi maka setelah beberapa saat akan menderita malnutrisi protein yang berlanjut dengan kwashiorkor. Keseimbangan nitrogen yang negative disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Makin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena transfer lemak dari hati ke depot terganggu.
Gejala klinis
• Edema, umumnya seluruh tubuh terutama pada kaki
• Wajah membulat dan sembab
• Apatis, cengeng dan rewel
• Pandangan mata sayu
• Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit
• Pembesaran hati
• Kelainan kulit tahap awal berupa kulit kering dan bersisik, tahap lanjut berupa bercak merah muda meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas ( Crazy pavement dermatosis )
• Sering disertai infeksi, anemia, diare








































PENGOBATAN
Dalam aplikasinya penanganan MEP berat pada tahap awal adalah mengatasi kelainan akut seperti diare, bronkopneumonia atau penyakit infeksi lainnya, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam basa.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis, pedoman pemberian cairan parentral adalah sebagai berikut :
1) Jumlah cairan adalah 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor, 250 ml/kgBB/hari untuk marasmus
2) Jenis cairan yang dipilih adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa dinaikkan menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia
3) Cara pemberian adalah sebanyak 60 ml/kgBB diberikan dalam 4 – 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam waktu 16 – 20 jam berikutnya.
Terapi nutrisi
- Makanan tinggi kalori tinggi protein ( TKTP ) dengan kandungan protein yang dianjurkan adalah 3 – 5 gr/kgBB dan jumlah kalori 150 – 200 kkal/kgBB/hari
- Penambahan vitamin dan mineral khususnya vit A, B komplek dan vit C, asam folat, mineral, kalium,magnesium dan besi
Terapi dietetik
1. Tahap Penyesuaian
BB kurang dari 7 kg
- jenis makanan adalah makanan bayi
- pada awal perawatan makanan utamanya adalah susu yang diencerkan atau susu rendah laktosa
- untuk tambahan kalori diberikan glukosa 2-5% dan tepung 2%
- secara berangsur dapat diberikan buah + biskuit, makanan lunak dan lembek
BB lebih dari 7 kg
- jenis makanan adalah makanan untuk anak berumur > 1 tahun
- dimulai dengan pemberian kalori 50 kkal/kgBB, protein 1 gr/kgBB, cairan 200 ml/kgBB/hari
- bentuk makanan yang diberikan dimulai dengan makanan cair / susu yang diencerkan kemudian secara bertahap dikentalkan
- sebagai tambahan kalori diberikan glukosa 5%
- pada tahap awal makanan cair diberikan lebih sering dengan porsi lebih kecil
- setelah toleransi anak terhadap makanan membaik, dapat dimulai dengan makanan lunak disusul dengan makanan biasa
2. Tahap Penyembuhan
Bila keadaan umum anak, toleransi terhadap makanan dan nafsu makan membaik, pemberian makanan dapat ditingkatkan secara berangsur setiap 1 – 2 hari hingga tercapai konsumsi kalori sebanyak 150 – 200 kkal/kgBB dan protein 3 - 5 gr/kgBB/hari
3. Tahap Lanjutan
Setelah tercapai penyembuhan, pemberian makanan dikembalikan dari jenis makanan TKTP ke makanan dengan kebutuhan nutrient yang baku.
C. Marasmik – kwashiorkor
Kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor dengan gagal tumbuh kembang sebagai gejala klinis umum.
Gambaran klinik :
- Edema yang tidak mencolok - hipotrofi otot
- Dermatosis - jaringan lemak subkutan berkurang
- Perubahan rambut - kerdil
- Hepatomegali - anemia
- Perubahan mental - defisiensi vitamin

PENATALAKSANAAN
1) Terapi nutrisi
- Pemberian makanan TKTP
- Energi 150 kkal/kgBB/hari dan protein 3-5 gr/kgBB/hari ( keduanya diberikan secara bertahap )
- Sebagai tambahan berikan KCl 75.100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, M9SO4 50% 0,25 ml/kgBB/hari IM dan roboransia
- BIla ditemukan tanda defisiensi vitamin A berikan dosis teraupetik 50.000 SI/kgBB dengan maksimal 400.000 SI
- Senyawa besi atau asam folat bila dijumpai anemia defisiensi besi atau megaloblastik
2) Atasi penyakit penyerta seperti ISPA, Bronkopneumonia, Tuberkulosis, OMA, ISK atau diare
3) Penyuluhan gizi

Scoring System menurut Mc Laren 1967
Gejala klinik Skor

Edema 3
Dermatosis 2
Edema + dermatosis 6
Hair chance 1
Hepatomegali 1
Serumalbumin/total protein
<1,00 / <3,25 7
1,00 – 1,49 / 3,23 – 3,99 6
1,5 – 1,99 / 4 – 4,74 5
4,75 – 2,49 / 4,75- 5,49 4
2,50 – 2,99/ 5,50 – 6,24 3
3 – 3,49/ 6,25 – 6,99 2
3,50 – 3,99 / 7,00 – 7,74 1
> 4,00 / 7,75 0
Penilaian : Skor 0 – 3 : Marasmus
Skor 4 – 8 : Marasmik – kwashiorkor
Skor 9 – 15 : Kwashiorkor


Klasifikasi KEP menurut the Welcome Trust Party, 1970

Derajat malnutrition BB % terhadap BB/u

Edema ( - )
Edema ( + )
80 – 60 %
Undernutrition
Kwashiorkor < 60%
Marasmus
Marasmik - kwashiorkor



Pemberian makanan selama diare pada MEP
Seperti diketahui MEP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi alat pencernaan, sebaliknya diare menyebabkan bartambah beratnya derajat MEP penderita.
Diare yang terjadi pada penderita MEP bersifat lebih lama, lebih berat dan lebih sering. Tidak dibenarkan memantang makanan selama diare dan keadaan anoreksia dapat diperbaiki dengan formula oralt lengkap.

UMUR Jumlah oralit yang diberikan tiap b.a.b
< 1 tahun
1 – 4 tahun
> 5 tahun
dewasa 50 – 100 ml ( ½ gelas )
100 – 200 ml ( 1 gelas )
300 – 400 ml ( 2 gelas )
400 – 600 ml ( 3 gelas )

Makanan yang diberikan harus mengandung cukup kalori, protein, mineral, vitamin dan tidak menimbulkan diare kembali atau malabsorpsi, harus bersih dan terjangkau. Bahan – bahan makanan yang dapat deberi antara lain : ASI, susu formula khusus, buah – buahan, biji – bijian, kacang – kacangan, sayuran.
Pada MEP, pemberian rehidrasi oral yang mengandung kadar Na tinggi ( 90 mEq/l) menyebabkan beratnya edema, sebaliknya keadaan K yang rendah ( 20 mEq/l) memperberat hipokalemi dan dapat berakibat buruk pada jantung ( bradikardi )
Secara teoritis makanan yang mengandung kalori tinggi, susu rendah laktosa dan minuman atau cairan rehidrasi oral yang mengandung rendah natrium dan tinggi kalium akan memberi hasil yang lebih baik.



BAB V
KESIMPULAN


1. Diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit pada bayi dan anak yang merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di Negara berkembang
2. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja
3. Di Negara berkembang, prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan kalori dan protein yang menyebabkan turunnya daya tahan
4. Diare merupakan penyebab penting kekurangan gizi sehingga bila berkepanjangan berdampak terhadap pertumbuhan
5. Diare dapat disebabkan oleh karena factor infeksi ( bakteri, virus, parasit ), factor malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab – sebab lain
6. Menurut waktunya diare dapat dibagi menjadi diare akut dan diare kronik
7. Penatalaksanaan diare akut disesuaikan menurut derajat dehidrasi, pada diare kronik atasi dehidrasi dan terapi sesuai dengan penyebabnya
8. Diare sangat berkaitan dengan MEP karena mempunyai hubungan timbal balik, yaitu MEP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi alat pencernaan. Sebaliknya diare menyebabkan bertambah beratnya derajat MEP
9. Pemberian makanan yang mengandung kalori tinggi, susu rendah laktosa dan minuman / cairan rehidrasi oral yang mengandung rendah natrium dan tinggi kalium memberikan hasil yang baik untuk penatalaksanaan diare pada MEP.





DAFTAR PUSTAKA


1. Staf Pengajar Ilmu Kesehata Anak Fakultas Kedokteran UI, Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak, cetaka ke – 10 volume 1, Percetakan Infomedika, Jakarta, 2002

2. AH. Markum, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 1, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991

3. Suharyono, Gastroenterologi Anak Praktis, cetakan ke -4, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta 2003

4. Arief Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke -3 jilid 2, Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta 2003

1 komentar:

  1. Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.

    BalasHapus